Kulihat langit yang begitu biru. Kusandarkan punggungku,
lalu kupejamkan mata. Sungguh tenang. Menghirup udara dalam dalam, lalu
mengeluarkannya perlahan. Mengkosongkan pikiranku. Hembusan angin yang menerpa
kulitku. Hari semakin gelap. Semakin mendekati pergantian hari, bersiap
menghadapi hari esok.
Aku membuka mata perlahan. Dan fikiranku kembali penuh. Aku
mendengus kesal. “Tidak hari ini.”
Kalimat yang terulang ulang di otakku. Iya, tidak hari ini. Lalu kapan? Aku
mengaharapakan bertemu dengan seseorang yang membuatku merasakan cinta lagi.
Merasakan indahnya jatuh cinta. Jantung yang berdegup lebih cepat dari
biasanya. Senyum yang terulas lebih lama dari pada biasanya. Mata yang
memandang lebih lama dari pada biasanya. Aku ingin merasakan jatuh cinta lagi,
walaupun pada akhirnya aku akan menyesal telah menginginkannya.
Tapi hari itu tak kunjung datang. Aku telah lama menunggu.
Berusaha menenangkan diri bahwa akan ada hari esok. Mungkin hari esok itu sama saja dengan satu
tahun, atau lebih. Aku kembali menutup mataku.
Aku mengingat cerita teman teman ku yang sedang jatuh cinta. “Aku tidak bisa menatap wajahnya terlalu
lama.” “Jantung ku berdetak lebih kencang ketika dia berjalan di sebelah ku.”
“Aku selalu mengingat senyumnya.” Huft. Aku kembali mendengus kesal. Mereka
sangat menikmati apa yang mereka rasakan. Sedangkan aku, sebagai pendengar,
sungguh iri dengan mereka.
Aku merasa berbeda. “Apakah
aku tidak bisa mencinta seseorang lagi selain dia?” kata yang seperti
terukir di otakku. Iya, aku telah mencintai seseorang selama dua tahun lebih.
Namun sudah satu tahun aku tidak bertemu dengannya. Sudah hilang rasa cintaku
pada dia. Iya sudah satu tahun aku hidup tanpa pernah merasakan jatuh cinta
lagi.
“Apakah aku harus
berhenti menunggu? Membiarkan semuanya berjalan apa adanya? Membiarkan diriku
tidak jatuh cinta? Mungkin itu yang terbaik.” Aku berbicara pada diriku
sendiri untuk kesekian kali.
No comments:
Post a Comment